Kesatuan Polisi dari Brigade Mobil (Brimob) kembali memuntahkan peluru dan melukai petani tidak berdosa. Kejadian penembakan ini terjadi di Treng Wilis, Desa Perian, Kecamatan Montong Gading, Nusa tenggara Barat (NTB).
Kejadian bermula dari aksi protes warga di lokasi Galian di Desa Jemanggik, Lombok Timur. Warga memperingatkan agar para pekerja segera menghentikan proyek tersebut.
Namun, Pemkab Lombok Timur mengirimkan lima truk pasukan keamanan, gabungan dari pasukan dalmas, brimob, dan Satpol PP, untuk mengamankan proses pengerjaan proyek itu.
Warga yang bermaksud menghentikan proyek tersebut langsung dihadang kepolisian. Sempat terjadi negosiasi, namun Polisi kemudian menyerang dan menembak warga.
Laporan kronologis menyebutkan bahwa Polisi meminta warga untuk mundur sambil mengokang senjata.
Meskipun ditembaki, para petani yang tak kenal rasa takut berhasil memukul mundur pasukan kepolisian. Namun, dipihak warga sudah jatuh korban, yaitu tiga orang yang terkena tembakan.
Ketiga petani yang tertembak adalah Amaq hafli (50), Marwan (27), dan Amaq Jamal (50). Hafli dan Marwan dirawat di RSU Soejono Lombok Timur, sementara Jamal di rawat di rumahnya.
Penolakan Petani
Petani dan warga Treng Wilis menganggap proyek pengaliran air ke Lombok selatan tersebut merugikan petani setempat.
Pasalnya, lahan irigasi seluas 67 hektar milik petani sangat bergantung kepada sumber air Treng Wilis.
Jika air tersebut tetap dialirkan, maka debat air akan menurun dan berdampak pada kegiatan pertanian. Petani mengaku hanya melakukan dua kali penanaman, padahal sebelumnya bisa tiga kali penanaman.
Disamping itu, para petani menduga proyek air itu untuk kepentingan bisnis pariwisata di bagian selatan Lombok.
Para petani sudah berkali-kali menggelar aksi demo. Bahkan pihak DPRD sudah merekomendasikan agar proyek itu dihentikan sementara, hingga terjadi kesepakatan antara warga dan Pemda.
Penembakan Dikecam
Terkait kejadian penembakan itu, sejumlah organisasi pergerakan di NTB sudah menyampaikan kecaman dan protes keras, diantaranya Partai Rakyat Demokratik (PRD), Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI), Serikat Tani Nasional (STN), dan Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND).
Menurut Ahmad Rifai, yang juga adalah Ketua PRD NTB, penembakan petani ini menjelaskan karakter anti demokrasi dan anti-rakyat Pemkab Lombok Timur saat ini.
Ahmad Rifai juga mengecam institusi kepolisian yang selalu menggunakan metode pendekatan represif saat menghadapi rakyat.
“Pemkab Lombok timur menjanjikan kesejahteraan dan keadilan, tetapi kenyataan hari ini menunjukkan bahwa mereka mengirimkan pasukan pembunuh,” ujar Ahmad Rifai.
Rifai memperingatkan Pemkab agar tidak selalu menggunakan paksaan untuk menghentikan protes warga.
“Mestinya pemkab menggunakan jalur dialog yang demokratis, seperti musyawarah mufakat dengan pihak warga,” katanya.