BLOG RESMI MEDIA PENCERAHAN
BERSATU BERJUANG untuk DEMOKRASI dan KESEJAHTERAAN

KAMUS

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Jumat, 08 Oktober 2010

Sejarah Lagu Genjer-genjer

0 komentar






Ingat lagu Genjer-Genjer? Di tahun 1965, lagu ini begitu 'populer'. Tapi bukan karena  menduduki tangga lagu teratas dan dinyanyikan banyak orang, melainkan sebaliknya,  justru karena diharamkan untuk dinyanyikan oleh penguasa Orde Baru, dengan alasan  memuat ajaran komunis.   Kekuasaan Orde Baru telah runtuh. Tiba-tiba seorang dalang kondang menyanyikan lagu  itu di muka umum. Walaupun larangan itu belum dicabut secara resmi. "Memang sayalah  yang pertama kali membawakan lagu Genjer-Genjer sejak dilarang tahun 1965, yaitu  ketika pentustus 2000 di THR Sriwedari Solo," kata Ki Manteb Soedarsono, dalang  kondang asal Karangpandan. "Namun, saya tidak punya niat apa-apa, selain untuk  meluruskan sejarah," tegas Ki Manteb, di Solo, Rabu (20/9/2000).  Menurut Ki Manteb, lagu ciptaan almarhum dalang Ki Nartosabdo itu sama sekali tak  memuat syair atau kata-kata yang mengeritik pemerintah, ataupun memuat ajaran komunis  di dalamnya. "Silahkan diperiksa lirik lagunya, apakah ada kata-kata yang mengkritik  pemerintah, ataupun ada ajaran komunis yang sengaja diselipkan di dalamnya," kata Ki  Manteb Soedarsono, yang pernah belajar kepada Ki Nartosabdo di Solo.   Ia menjelaskan, lirik lagu Genjer-Genjer sebenarnya menggambarkan kerukunan sepasang  suami istri yang sedang memetik daun genjer-genjer untuk dijadikan hidangan makan di  rumah. "Jika lagu ini (lantas) 'diplesetkan' berkaitan dengan peristiwa G30-S PKI, itu  salah orang itu sendiri. Tetapi yang jelas, lirik lagu tersebut hanya menggambarkan  kerukunan hidup sepasang suami isteri," ujarnya.  Ditegaskan bahwa membawakan lagu ini kembali tidak bertujuan apa-apa selain pelurusan  sejarah. Lagi pula seniman sebenarnya tidak dibatasi dalam berkreasi. "Beginilah kalau  kesenian itu dipolitisir, pasti ujung-ujungnya jadi kisruh seperti lagu Genjer-Genjer  itu," kata Ki Manteb yang mengaku berfaham Marhaenis itu.


"Genjer-genjer" adalah lagu populer berbahasa Osing yang diciptakan oleh seniman asal Banyuwangi, Muhammad Arief, pada tahun 1940-an.

Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945), petani di pedesaan sama sekali tidak mampu mengolah lahan karena kebanyakan pria dikerahkan untuk mendukung romusha. Akibatnya terjadi kekurangan pangan dan orang terpaksa memakan segala yang tersedia di lingkungan rumah. Banyak di antaranya yang mengonsumsi genjer, suatu gulma sawah yang sangat pesat tumbuh. Lagu ini memotret situasi pada masa itu.

Setelah kemerdekaan Indonesia, lagu "Genjer-genjer" menjadi sangat populer setelah banyak dibawakan penyanyi-penyanyi dan disiarkan di radio Indonesia. Penyanyi yang paling dikenal dalam membawakan lagu ini adalah Lilis Suryani dan Bing Slamet.

Pada masa Demokrasi Terpimpin (1959-1966), Partai Komunis Indonesia (PKI) melancarkan kampanye besar-besaran untuk meningkatkan popularitas. Lagu ini, yang menggambarkan penderitaan warga desa, menjadi salah satu lagu propaganda yang disukai dan dinyanyikan pada berbagai kesempatan. Akibatnya orang mulai mengasosiasikan lagu ini sebagai "lagu PKI".

Peristiwa Gerakan 30 September pada tahun 1965 yang melibatkan PKI membuat rezim Orde Baru yang anti-komunisme melarang disebarluaskannya lagu ini. Menurut versi TNI, para anggota Gerwani dan Pemuda Rakyat menyanyikan lagu ini ketika para jendral yang diculik diinterogasi dan disiksa. Peristiwa ini digambarkan pada film Pengkhianatan G 30 S/PKI besutan Arifin C. Noer.

Dalam aksi "pembersihan" terhadap komunis di tahun 1966-1967 di Indonesia, Muhammad Arief, pencipta lagu "Genjer-genjer" meninggal dibunuh akibat dianggap terlibat dalam organisasi massa onderbouw PKI.

Setelah berakhirnya rezim Orde Baru pada tahun 1998, larangan penyebarluasan lagu "Genjer-genjer" secara formal telah berakhir. Lagu "Genjer-genjer" mulai beredar secara bebas melalui media internet. Walaupun telah diperbolehkan, masih terjadi beberapa kasus yang melibatkan stigmatisasi lagu ini, seperti terjadinya demo sekelompok orang terhadap suatu stasiun radio di Solo akibat mengudarakan lagu tersebut.

LIRIK LAGU GENJER-GENJER

Genjer-genjer nong kedo'an pating keleler
Genjer-genjer nong kedo'an pating keleler
Ema'e thole teko-teko mbubuti genjer
Ema'e thole teko-teko mbubuti genjer
Oleh satenong mungkur sedot sing toleh-toleh
Genjer-genjer saiki wis digowo mulih

Genjer-genjer esuk-esuk didol neng pasar
Genjer-genjer esuk-esuk didol neng pasar
Dijejer-jejer diuntingi podo didasar
Dijejer-jejer diuntingi podo didasar
Ema'e jebeng podo tuku gowo welasar
Genjer-genjer saiki wis arep diolah

TERJEMAHAN:

Genjer-genjer ada di lahan berhamparan
Genjer-genjer ada di lahan berhamparan
Ibunya anak-anak datang mencabuti genjer
ibunya anak-anak datang mencabuti genjer
Dapat sebakul dipilih yang muda-muda
Genjer-genjer sekarang sudah dibawa pulang

Genjer-genjer pagi-pagi dibawa ke pasar
Genjer-genjer pagi-pagi dibawa ke pasar
Ditata berjajar diikat dijajakan
Ditata berjajar diikat dijajakan
Emaknya jebeng beli genjer dimasukkan dalam tas
Genjer-genjer sekarang akan dimasak

0 komentar:

Posting Komentar

CHAT

Aksi Persatuan Oposisi Nasional setahun SBY-Budiono I

Aksi Persatuan Oposisi Nasional setahun SBY-Budiono II

Persatuan Oposisi Nasional seratus tahun SBY-Budiono 3

histate

BUKU TAMU


ShoutMix chat widget

PENGUNJUNG

PRD(Partai Rakyat Demokratik)

PRD(Partai Rakyat Demokratik)
Logo

Pengunjung

free counters

Natalie Cardone - Hasta siempre

Aksi Bangjaya Memprotes Banjir dan Kamacetan Di Jakarta

TIDUR JANGAN