LONDON: Ada keterkaitan antara pendukung gerakan reaksioner Tea Party di AS dan kelompok-kelompok sayap kanan pinggiran di Inggris dalam menentang apa yang disebut proses ‘islamisasi” eropa.
Gerakan-gerakan ini tidak beraliansi secara formal, tapi Liga Pertahanan Inggris (EDL) yang rasis, yang berpendirian bahwa fundamentalisme islam akan segera menelam Inggris, adalah jembatan sibuk yang digambarkan di AS sebagai kesamaan posisi anti-islam.
Kelompok ekstrim sayap kanan di Inggris memiliki kecenderungan menjadi kelompok anti-islam.
Salah satunya adalah seorang calon kandidat legislative untuk Negara bagian California, Rabbi Nachum Shifren, yang akan mengunjungi Inggris minggu depan dalam perjalanan yang disponsori oleh EDL.
Perjalanan itu diorganisasikan oleh aktivis EDL Rooberta Moore, yang membentuk divisi grup Yahudi.
Dia mengatakan bahwa Rabbi itu akan berbicara dalam rapat umum tanggal 24 oktober di London.
“Ia berencana berbicara soal ancaman islamisasi baik di negeri ini maupun di amerika,” katanya.
“Kami memiliki tujuan yang sama dengan kelompok di AS, dan kami ingin bertukar informasi dan kegiatan dengan mereka,” ujar Moore menambahkan.
Professor Nottingham University Matthew Goodwin, seorang ahli dalam gerakan ekstrim kanan di Inggris, memperingatkan, “kami melihat kelompok-kelompok di eropa mencoba membentuk tantangan transnasional terhadap islam.”
“kedatangan AS adalah sesuatu yang menarik bagi sayap kanan di Inggris, sebab belum pernah terjadi sebelumnya.”
“Mereka akan selalu ke eropa.”
“Jika mereka menempa hubungan yang kuat dengan Tea Party, ini akan menjadi sangat penting sebab Tea Party sudah memiliki sumber daya yang signifikan.”
Rabbi Shifren, yang telah memberikan pidato- pidato anti-islam di acara-acara tea party, dengan bangga dalam sebuah wawancara bahwa ia berencana memperingatkan Inggris bahwa mereka bisa hilang karena menguatnya “fundamentalisme islam”.
“”Saya melihat Inggris akan turun dan aku ingin berteriak dan melakukan segala sesuatu yang saya bisa untuk mencegahnya, dengan bekerjasama dengan EDL,” katanya.
Mr Moore juga mengungkapkan bahwa EDL akan mengulurkan tangan pada tokoh islamphobia Pamela Geller.
Dia adalah seorang aktivis sayap kanan Amerika yang menjalankan organisasi bernama “Stop Islamisation of America” yang memiliki kaitan dengan kelompok serupa di seluruh eropa.
Ms Geller mengatakan bahwa dia mendukung pendekatan kelompok Inggris, namun belum bertemu dengan para pemimpinnya atau menyetujui sebuah proyek bersama.
Namun, ia menambahkan: “saya berbagi tujuan dengan mereka untuk keluar dari supremasi islam dan mempertahankan kebebasan masyarakat.”
Islamophobia adalah Proyek Imperialisme
Ini sangat aneh, sebab seperti dijelaskan penulis dan aktivis Tariq Ali, ketika fase-fase memuncaknya perang dingin, AS dan sekutunya menggunakan politik islam sebagai benteng menghadapi musuh-musuhnya di seluruh dunia.
AS dan sekutunya menggunakan ini untuk menghadapi nasionalis sekuler di timur tengah, ancaman komunisme di Indonesia, dan terhadap gelombang radikalisme di Asia Selatan—terutama Pakistan, katanya.
“Kita harus melihat konteks itu. Islamophobia adalah sesuatu yang secara artifisial dilahirkan, terutama oleh barat, untuk melawan apa yang disebut musuh baru.
Terutama setelah berbagai aksi terorisme di barat, pemerintah-pemerintah di sana sangat rajin dan rutin untuk membangkitkan bahaya terhadap islam.
Islamophobia berguna bagi pemerintahan kanan karena dapat membantu menjaga kekhawatiran penduduk mereka. “Ini akan membantu melegitimasi berbagai kekejaman di Irak dan Afghanistan. Guantanamo, sebuah penjara yang amat kejam seperti diceritakan banyak narapidana, tetapi tak ada yang membandingkannya dengan kekejaman di penjara Bagram, di luar kota Kabul, Afghanistan,” kata Tariq Ali.
Menurut Tariq Ali, islamphobia merupakan basis politik untuk pendudukan AS di Timur Tengah dan wilayah-wilayah lain. “Mereka menciptakan ide bahwa perang melawan terror sama dengan perang melawan setan itu sendiri,” ujar Tariq Ali mencontohkan.
Kebijakan islamphobia digunakan pula untuk melawan kaum imigran. Di banyak Negara-negara eropa, partai kanan jauh mereka adalah juga anti-imigran.
Sri Lanka: Reading the General Election 2024 (plus: The Sri Lankan left’s
long road to power)
-
[image: Sri Lanka election results] Pasan Jayasinghe & Amali Wedagedara —
The National People’s Power (NPP) has made history. How can the NPP’s
victory and...
2 jam yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar